Rabu, 02 Maret 2016


Keterbatasan sumber daya (air) tak selalu menyebabkan timbulnya konflik di tengah-tengah masyarakat. Bisa jadi, berawal dari keterbasan timbul rasa saling membutuhkan antara manusia satu dengan manusia lainnya. Lagian apa guna persaingan ditengah kesulitan yang menghadang, itu sama saja melakukan bunuh diri secara perlahan.

Daerah karst sangat minim dengan air permukaan, air hujan turun langsung menuju aliran sungai bawah tanah melalui lapisan ponor, tinggallah kering nan gersang meghiasi tanah bebatuan. Padahal air adalah sumber kehidupan. Di manakah kehidupan bisa mereka dapatkan? Satu-satunya air permukaan hanyalah cekungan doline yang terisi air hujan, ya itulah yang menjadi sumber penghidupannya, bagi manusia, hewan maupun tanaman.

Tak usahlah jijik membayangkan apabila kita harus mandi satu lokasi  sama hewan piaraan, itu merupakan pemandangan umum yang biasa kita saksikan di daerah Paliyan. Di tempat pemandian hewan sekaligus pemilik hewannya itu tadi, bisa kita saksikan sekelompok manusia bergerombol di tangga plesteran, sedang asyik 'mengucek' dan membilas pakaian, dan lebih parahnya lagi, ada juga sekelompok orang yang sedang mengambil air untuk kebutuhan minum dan makan, ya itu tadi .... air yang juga digunakan untuk memandikan hewan!!!!!

Lha terus mau bagaimana lagi? Cekungan doline itulah satu-satunya sumber penghidupan.

Jangan berbicara kesehatan dihadapan mereka. Buktinya banyak dari mereka yang berusia panjang, juga jarang yang sakit-sakitan. Aku sendiri juga heran, orang sepuh-pun banyak yang masih enerjik bekerja ke ladang.

Mungkin bisa kutarik sebuah kesimpulan, bahwasanya keterbatasan tak hanya bisa menimbulkan kerukunan tapi juga bisa menyehatkan.

0 komentar :

Posting Komentar